Nasib Permainan Tradisional di Era Digital

Nasib Permainan Tradisional di Era Digital

Permainan tradisional, yang dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai ‘dolanan bocah’, merupakan bagian dari kekayaan https://smabudimulia-jakarta.com/ kearifan lokal. Sejak zaman dahulu, permainan ini telah ada ketika masyarakat Jawa hidup dalam kesederhanaan dan menghayati nilai-nilai yang terwujud dalam permainan tersebut.

Pada tahun 2001, anak-anak di desa Gilangharjo masih aktif memainkan berbagai permainan tradisional, seperti sepak sekong/sekongan, jethungan, lompat tali, engklek/sunda manda, gatheng, dakon, jamuran, egrang, gobak sodor, dan beberapa permainan dengan ‘hompimpah’. Mereka bermain di luar ruangan atau di lapangan, menggunakan mainan yang terbuat dari bahan sederhana, seperti bedhilan dari bambu, egrang dari tempurung kelapa, dan lainnya. Meskipun menggunakan alat yang sangat sederhana, permainan tradisional ini mampu mempererat persahabatan dan kebersamaan di antara anak-anak. Mereka bersama-sama bersenang-senang dan menikmati waktu bermain dengan apa yang tersedia.

Pada waktu itu, anak-anak juga sudah mengenal permainan modern, seperti mobil-mobilan, boneka, lego, dan mainan plastik yang bisa dibeli di pasaran. Namun, mainan-mainan yang lebih mahal tersebut belum sepenuhnya mengalahkan daya tarik permainan tradisional yang tetap dipertahankan oleh mereka.

Kini, di era digital, permainan tradisional mulai terpinggirkan. Sulit untuk menemukan sekelompok anak yang bermain permainan tradisional, bahkan yang paling populer seperti gobak sodor. Dengan adanya smartphone dan akses internet yang menjangkau desa-desa, anak-anak lebih terpesona oleh berbagai video dan permainan yang dapat diunduh dengan mudah. Akibatnya, mereka lebih memilih untuk tetap di rumah dan bermain game ketimbang berkumpul dengan teman-teman. Banyak dari mereka lebih suka menghabiskan waktu di warnet setelah pulang sekolah, bermain game berjam-jam, seperti yang saya saksikan beberapa hari lalu.

Apakah anak-anak kini menganggap permainan tradisional tidak dapat memberikan hiburan yang memuaskan? Padahal, jika dibandingkan dengan game modern, permainan tradisional tak kalah menarik. Selain itu, bermain permainan tradisional jauh lebih aman dan tidak memberikan efek samping yang merugikan seperti game yang ada di smartphone. Permainan tradisional dapat merangsang kreativitas, kelincahan, keberanian, dan kemampuan bersosialisasi secara alami. Sebaliknya, bermain game di smartphone berjam-jam seringkali membuat anak-anak menjadi kecanduan dan melupakan waktu belajar.

Lebih parah lagi, ada bahaya radiasi dari smartphone yang dapat berdampak negatif pada mata anak-anak yang masih muda. Paparan radiasi yang diterima mata dan diteruskan ke otak seharusnya tidak dianggap remeh, karena dapat memicu efek yang fatal.

Menurut Martin Blank, seorang doktor dari Universitas Columbia, AS, otak anak-anak menyerap lebih banyak radiasi dibandingkan orang dewasa, karena tulang tengkorak anak lebih tipis dan lembut. Dengan demikian, radiasi dapat lebih mudah masuk ke bagian terdalam otak. Studi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa radiasi dari smartphone dapat memicu pertumbuhan kanker, sebuah pernyataan yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Nasib Permainan Tradisional di Era Digital Permainan tradisional, yang dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai ‘dolanan bocah’, merupakan bagian dari kekayaan https://smabudimulia-jakarta.com/ kearifan lokal. Sejak zaman dahulu, permainan ini telah ada ketika masyarakat Jawa hidup dalam kesederhanaan dan menghayati nilai-nilai yang terwujud dalam permainan tersebut. Pada tahun 2001, anak-anak di desa…